Sukses di Usia Muda


KISAH SUKSES ELANG GUMILANG MUDA BERKARYA

Saya sangat tertarik dengan kisah sukses Elang Gumilang tekadnya sangat kuat dan tekun dalam membangun wirausaha nya,dia bahkan mengawali bisnisnya dari bidang yang terkecil,sehingga tulus tekadnya membuahkan hasil,sebagai seorang wirausaha termuda itu bukanlah sekedar isapan jempol belaka karena karya dan karir nya sangat didedikasikan untuk masyarakat dalam pembangunan perumahan murah bagi kalangan bawah dia mendapatkan banyak perhatian dan pujian sehingga ia memperoleh penghargaan yang besar atas karirnya.

Berikut profilnya semoga itu semua membuat para mahasiswa dan mahasiswi menyadari muda itu bisa berbakat dan muda itu bisa digunakan untuk berkarya.

Elang Gumilang 24 tahun, mahasiswa sekaligus direktur utama sebuah pengembangan perumahan. Elang pernah muncul sebagai juara ketiga Marketing Games Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia di Universitas Trisakti. Ia juga juara pertama kompetisi Ekonomi SMA Se-Jabodetabek 2003 di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Juara pertama Economic Contest di Institut Pertanian Bogor, tahun yang sama. Pada tahun 2006, di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, dia mengubah akta perusahaan yang hampir tutup menjadi Elang Group. Bermodal awal Rp. 300 juta, kini nilai proyek Elang Group terbang menembus Rp. 17 miliar. “ Saya tergerak menyediakan rumah murah karena banyak orang kecil kesulitan membelinya,” ujar Elang.

Elang membuat situs www.elanggumilang.com untuk menjaring mitra baru.
“saya menyeleksi wirausaha mandiri 2007, saya sependapat dengan juri, Elang anak muda berintuisi bisnis baik. Perhitungan dan cara berpikir bisnisnya jelas serta berani mengambil kesempatan. Elang punya potensi menjadi wirausaha sukses, masih perlu waktu dan ketekunan. Wajib menjaga kepercayaan dan perlu berdisiplin mengelola usaha. Dalam kmpetisi ketat, pengusaha harus berfokus dan pandai mengelola ambisi.” – Agus Martowardojo, Direktur Utama Bank Mandiri
“kondisi bangunan sesuai dengan harga. Listrik ada. Tapi belum ada fasilitas air ledeng. Air diambil dari sumur dengan mesin pompa air pemberian Elang Group. Kekurangan perumahan ini hanyalah tak ada tempat bermain untuk anak-anak.’- Dewi Fatimah, 35 tahun, pembeli Blok F Nomor 5, Bukit Warna Sari Endah, Cilebut.
Elang meraih penghargaan diantaranya;
• Wirausaha Muda Mandiri terbaik Indonesia 2007
• Lelaki Sejati Pengobar Inspirasi 2008
• Man Of The Year 2008 dari TV One
• Indonesia Top Young entrepreneur 2008 dari Warta Ekonomi

Elang Gumilang Sukses di Usia 24 Tahun
Adalah Elang Gumilang (25) , wirausaha muda yang berada di balik pembangunan perumahan amat sederhana bertipe 22/60,mungil tapi fungsional tempat untuk pulang dan bernaung bagi mereka yang bisa terbilang miskin.Tangan dinginya menelurkan apa yang selama ini sangat jarang dilakukan pengembang kawakan – bermodal besar atau kecil – untuk membuat perumahan khusus orang miskin.
Selama ini bisnis properti sepertinya hanya untuk ditujukan bagi kaum berpunya , demikian Elang berpikir.

Mereka yang papa dan membutuhkan tempar bernaung justru hanya punya mimpi untuk memiliki rumah sendiri. “Ada 75 juta penduduk negeri ini yang membutuhkan rumah. Ini peluang bisnis , tapi kita sekalian ibadah membantu orang juga, ” katanya.TARGET 2000 RUMAH Berayahkan seorang kontraktor , buat elang bukan hal mustahil mencoba segala jenis usaha. Ditambah sejumlah pertimbangan mendalam, awal 2005-tatkala ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) – ia mulai membeli sepetak tanah dan membangun rumah pertamanya. Modal diperoleh dari patungan bersama teman-temannya semasa SMA maupun kuliah. Rumah sederhana berukuran 22 meter persegi dengan luas tanah 60 meter persegi ini langsung pindah tangan ketika selesai dibangun. Terbukti, orang haus akan rumah murah seharga 23-37 juta rupiah itu.

Saat itu, jumlah pekerja Elang baru sekitar tujuh orang untuk mengurusi administrasi hingga pemasaran. Namun lambat laun , bisnisnya ini berakar, menggeliat, dan bertumbuh. Dari satu unit , bertambah menjadi tiga unit . Bertambah terus , sampai sudah sekitar lebih dari 200-an rumah dibangunnya. Target yang direncanakannya tak tanggung-tanggung. Perusahaan Semesta Guna Grup miliknya, ingin membangun 2.000 unit rumah sederhana. Dalam waktu setahun , investasi yang ditanamkan naik berlipat. Nilai jual objek pajak (NJOP) tanah yang tadinya hanya Rp 50 ribu misalnya, melejit hingga lima kali lipat dalam dua semester.
Omzet per tahunnya pasti bikin pengusaha mana pun berdecak kagum – mengingat awal mula sepak terjangnya – karena tak kurang dari Rp 20 miliar per tahun dapat ia bukukan.Belum lagi dari kontrak pre periodik terbarunya menambah Rp 80 miliar hingga Rp 100 miliar ke bisnisnya.

Elang Gumilang, mahasiswa sederhana dari IPB – kampusnya petani- anak H. Enceh dan Hj.Priani, kini mempekerjakan ratusan karyawan pada setiap proyeknya. Sekitar 30 tenaga administrasi dan 100 pekerja di setiap proyek siap membantunya. Elang-lajang kelahiran Bogor , 6 April 1985 telah mengepakkan sayap bisnis sejauh yang ia bisa, dan terbang setinggi yang dapat ia capai.
‘Otot dan Otak Bisnis
Elang terlahir dari keluarga yang lumayan berada, namun bergaya hidup bersahaja. Pendidikan moral dari orangtuanya tertanam baik.

Ajaran itu terus berurat akar dalam dirinya. Sebagai pelajar sekolah, ia termasuk siswa gemilang. Jiwa wirausaha Elang mulai terasah saat ia duduk di bangku kelas 3 SMU. Ia mempunyai target setelah lulus SMA harus mendapatkan uang Rp 10 juta untuk modal kuliah. Tanpa sepengetahuan orangtua, ia berjualan donat keliling ke sekolah-sekolah dasar di Bogor. Namun, akhirnya orangtuanya tahu juga. Elang disuruh berhenti berjualan karena UAN (Ujian Akhir Nasional) telah menjelang.

Dilarang berjualan donat , pemenang lomba bahasa sunda tahun 2000 se Bogor ini tertangtang mencari uang dengan cara lain. Pada 2003 , ketika fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB mengadakan lomba Java Economic Competition se Jawa, Elang mengikutinya dan berhasil memenanginya . Begitu pula saat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyelenggarakan kompetisi Ekonomi, Elang sukses menjadi juara ketiga. Hadiah uang yang diperolehnya, ia kumpulkan untuk modal kuliah.

Setelah lulus SMU , Elang melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi IPB tanpa tes. Saat itulah, bermodalkan uang sejuta rupiah, ia kembali berniat untuk memiliki sebuah usaha.
Awalnya, uang itu ia belanjakan sepatu, yang lantas dijual di Asrama Mahasiswa IPB. Hanya perlu waktu sebulan , ia sudah bisa mengantongi uang Rp 3 jutaan. Sayang, setelah berjalan beberapa tahun, supplier yang digunakannya menurunkan kualitas sepatu. Bisnis sepatu pun sirna. Ia melihat, lampu-lampu redup di kampus IPB sebagai peluang bisnis pengadaan lampu. Elang mencoba menerapkan strategi bisnis tanpa modal. Ia mengisahkan hikayat seorang pemuda miskin di Amerika Latin. Setiap hari si pemuda melambaikan tangan pada seorang pengusaha tembakau kaya raya dari Amerika yang sedang bertandang.

 Pada awalnya, lambaian tangan itu tidak dipedulikan. Namun, karena selalu berulang, pengusaha tembakau itu penasaran dan menanyakan maksud sang pemuda. Jawab si miskin adalah ” Saya punya tembakau berkualitas bagus . Bapak tidak usah membayar dulu, yang penting saya dapat PO dulu dari Bapak”. Setelah mendengar jawaban tersebut ,si pengusaha kaya lalu mebuatkan tanda tangan dan stempel kepada pemuda tersebut. Dengan modal itu, sang pemuda mengumpulkan hasil tembakau di kampungnya untuk dijual ke Amerika lewat si pengusaha kaya raya itu. Maka , jadilah pemuda itu orang kaya raya tanpa modal.

Strategi inilah yang ditiru Elang. Bermodal surat dari kampus, ia melobi perusahaan lampi Philips pusat untuk menyetok lampu di kampusnya. “Alhamdulillah proposal saya gol, dan setiap penjualan saya mendapat keuntungan Rp 15 juta,” Ucapnya bangga. Namun, karena bisnis lampu ini musiman dan perputaran uangnya lambat, terpikir oleh Elang untuk mencari bisnis yang lain. Setelah melihat celah di bisnis minyak goreng, Elang menekuni jualan minyak goreng ke warung-warung . Tapi karena bisnis minyak ini 80 % menggunakan otot, sehingga mengganggu kuliah, ia memutuskan untuk berhenti berjualan.

Menyimak perjalanannya, Elang mengaku bahwa bisnis demi bisnis yang dilakukannya lebih banyak menggunakan otot dari pada otak. Ia lalu berkonsultasi ke beberapa pengusaha dan dosennya untuk memperoleh wawasan lain. Enlightment lalu ditemukannya. Bisnis tidak harus selalu memakai otot, dan banyak peluang bisnis yang tidak menggunakan otot.

Setelah mendapat berbagai masukan, ia merintis bisnis Lembaga Bahasa Inggris di kampusnya. Karena lembaga kursus itu ditangani secara profesional dengan tenaga pengajar dari lulusan luar negeri, pihak Fakultas Ekonomi mempercayakan lembaganya itu menjadi mitra. Karena dalam bisnis ini ia tidak terlibat langsung, ia manfaatkan waktu luangnya untuk bekerja sebagai marketer perumahan.UNTUK ORANG LAIN.

Sebenarnya , tanpa beralih ke bisnis properti, untuk dirinya sendiri, Elang tidak bisa dibilang kurang mapan. Pemuda antirokok ini sudah mempunyai rumah dan mobil sendiri. Namun dibalik keberhasilannya itu, Elang merasa ada sesuatu yang kurang . “Kenapa kondisi saya begini, padahal saya di IPB hanya tinggal satu setengah tahun lagi. Semuanya saya sudah punya, apalagi yang saya cari di dunia ini ?” ia berdialog dengan nuraninya.

Ilham dari atas diperolehnya. Bisnis propertilah yang ditunjukkan Tuhan kepadanya. Namun,bisnis properti yang ditujukan untuk orang miskin lebih karena hatinya ikut tersentuh.”Banyak orang di Indonesia terutama yang tinggal di kota belum punya rumah, padahal mereka sudah berumur 60 tahun. Biasanya kendala mereka karena DP yang kemahalan, cicilan yang kemahalan, jadi sampai sekarang mereka belum berani untuk memiliki rumah.”unkapnya pada sebuah kesempatan.

Karena modalnya pas-pasan, untuk media promosinya sendiri Elang hanya mengiklankan di koran lokal . Karena harganya yang relatif murah , pada tahap awal pembangunan langsung terjual habis. Meski harganya murah, tapi fasilitas pendukung di dalamnya sangat komplet, seperti klinik 24 jam,angkot 24 jam,rumah ibadah,sekolah,lapangan olahraga, dan juga dekat dengan pasar. Karena rumah itu diperuntukkan bagi kalangan ekonomi bawah, kebanyakan profesi konsumennya adalah buruh pabrik, staff tata usaha (TU) IPB, bahkan ada juga para pemulung.

Sukses yang sudah ditangan tidak membuat Elang lupa diri. Justru, ia semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salah satu wujud rasa syukur atas nikmatnya itu, dalam setiap proyek ia selalu menyisihkan 10 persen untuk kegiatan amal.”Uang yang 10 persen itu saya masukkan BMT (Baitul Mal Wa Tanwil/tabungan) pribadi, dan saya alokasikan untuk membantu orang-orang miskin dan orang-orang yang kurang modal,”Bebernya. Bagi Elang, materi yang saat ini ia miliki mengandung hak orang miskin yang wajib dibagi. Selain menyisihkan 10 persen dari hasil proyeknya, Elang juga memberikan sedekah mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan kepada fakir miskin. Pendirianya;sedekah tidak perlu banyak tapi yang paling penting adalah kontinuitas dari sedekah tersebut.

Masih banyak sebenarnya yang ingin Elang lakukan . Diantaranya, ia bercita-cita ingin mendirikan perusahaan yang dapat mempekerjakan 100 ribu orang. Elang Gumilang, masih akan terus mengepakkan sayapnya.*****
Tulisan inspiratif ini diambil dari buku “Wirausaha Muda MANDIRI” ketika anak sekolah berbisnis oleh Prof Rhenald Kasali,Ph.D.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama




KEBAB BABA RAFI MENDUNIA


Satu lagi anak muda Surabaya menorehkan prestasi besar. Dia adalah Hendy Setiono, presiden direktur Kebab Turki Baba Rafi. Prestasinya tidak hanya diakui di dalam negeri, tapi juga di mancanegara. Mengapa?
Wajah dan penampilannya masih layaknya anak muda. Siang itu, dia berkemeja batik cokelat dipadu celana hitam. Cukup sederhana. Tak tecermin tampang seorang bos dari perusahaan beromzet lebih dari Rp 1 miliar per bulan.


Itulah penampilan sehari-hari Hendy Setiono, Presdir Kebab Turki Baba Rafi Surabaya. Oleh majalah Tempo edisi akhir 2006, dia dinobatkan sebagai salah seorang di antara sepuluh tokoh pilihan yang dinilai mengubah Indonesia. Tentu, sebuah pengakuan yang membanggakan bagi Hendy. Apalagi, bisnis yang dia geluti tergolong bisnis yang tak akrab di telinga. Usianya pun masih 23 tahun! Wow, masih sangat muda untuk seorang bos yang memiliki 100 outlet di 16 kota di Indonesia.

Dengan ramah, pria kelahiran Surabaya, 30 Maret 1983, tersebut mempersilakan Jawa Pos masuk ke kantornya di Ruko Manyar Garden Regency, kawasan Nginden Semolo. “Biasanya saya masuk kantor agak siang. Tapi, karena hari ini ada janji dengan Anda, saya agak meruput datang ke kantor,” ujar Hendy mengawali perbincangan.

Ketika itu, jarum jam sudah menunjuk pukul 11.00. Bagi Hendy, pukul 11.00 masih terbilang pagi karena biasanya dirinya baru masuk kantor lebih dari pukul 12.00.
Dia lalu menceritakan awal mula bisnis kebab yang digelutinya tersebut. Kebab adalah makanan khas Timur Tengah (Timteng) yang dibuat dari daging sapi panggang, diracik dengan sayuran segar, dan dibumbui mayonaise, lalu digulung dengan tortila. Sebenarnya, kebab banyak beredar di Qatar dan negara Timteng lainnya.

Namun, kata Hendy, kebab paling enak adalah dari Istambul, Turki. Karena itu, dia menggunakan “trade mark” Turki untuk menarik calon pelanggan.
Hendy mengisahkan, pada Mei 2003, dirinya mengunjungi ayahnya yang bertugas di perusahaan minyak di Qatar. Selama di negeri yang baru sukses melaksanakan Asian Games itu, dia banyak menemui kedai kebab yang dijubeli warga setempat. Lantaran penasaran, Hendy yang mengaku hobi makan itu lantas mencoba makanan yang lezat bila dimakan dalam kondisi masih panas tersebut. “Ternyata, rasanya sangat enak. Saya tak menduga rasanya seperti itu,” ungkap sulung dua bersaudara pasangan Ir H Bambang Sudiono dan Endah Setijowati tersebut.

Tak hanya perutnya kenyang, saat itu di benak Hendy langsung terbersit pikiran untuk membuka usaha kebab di Indonesia. Alasannya, selain belum banyak usaha semacam itu, di Indonesia terdapat warga keturunan Timteng yang menyebar di berbagai kota.

“Orang Indonesia juga banyak yang naik haji atau umrah. Biasanya, mereka pernah merasakan kebab di Makkah atau Madinah. Nah, mereka bisa bernostalgia makan kebab cukup di outlet saya,” jelasnya.
“Makanya, selama di Qatar, saya juga memanfaatkan waktu untuk berburu resep kebab. Saya mencarinya di kedai kebab yang paling ramai pengunjungnya,” jelas Hendy yang beristri Nilamsari, 23, dan kini sudah dikaruniai dua anak, Rafi Darmawan, 3, dan Reva Audrey Zahifa, 2, tersebut.

Begitu tiba kembali di Surabaya, dia langsung menyusun strategi bisnis. Yang pertama dilakukan adalah mencari partner. Dia tidak ingin usahanya asal-asalan. Dia kemudian bertemu Hasan Baraja, kawan bisnisnya yang kebetulan juga senang kuliner. Awalnya, mereka sengaja melakukan trial and error untuk menjajaki peluang bisnis serta pangsa pasarnya.
“Ternyata, resep kebab dari Qatar yang rasa kapulaga dan cengkehnya cukup kuat tidak begitu disukai konsumen. Ukurannya pun terlalu besar. Makanya, kami memodifikasi rasa dan ukuran yang pas supaya lebih familier dengan orang Indonesia,” katanya.

September 2003, gerobak jualan kebab pertamanya mulai beroperasi. Tepatnya di salah satu pojok Jalan Nginden Semolo, berdekatan dengan area kampus dan tempat tinggalnya.
Mengapa gerobak? Hendy mempunyai alasan. “Membuat gerobak lebih murah daripada membuat kedai permanen. Tidak perlu banyak modal. Gerobak pun fleksibel, bisa dipindah-pindah,” ujarnya.

Soal nama kedainya Baba Rafi, dia mengaku terinspirasi nama anak pertamanya, Rafi Darmawan. “Diberi nama Kebab Pak Hendy kok tidak komersial,” katanya lalu tergelak.
Saat itulah terlintas di benaknya nama si sulung, Rafi. “Kalau dipikir-pikir, pakai nama Baba Rafi, lucu juga rasanya. Baba kan berarti bapak, jadi Baba Rafi berarti bapaknya Rafi.”
Mengawali sebuah bisnis memang tidak mudah. Apalagi untuk meraih sukses seperti sekarang. Suka duka pun dirasakan calon bapak tiga anak itu. “Misalnya, uang berjualan dibawa lari karyawan. Banyak karyawan yang keluar masuk. Baru beberapa minggu bekerja sudah minta keluar,” ungkapnya.
Bahkan, pernah suatu hari, karena tak mempunyai karyawan, Hendy dan istri berjualan. Hari itu kebetulan hujan. Tak banyak orang membeli kebab. Makanya, pemasukan pun sedikit. “Uang hasil berjualan hari itu digunakan membeli makan di warung seafood saja tak cukup. Wah, itu pengalaman pahit yang selalu kami kenang,” ujarnya.

Tak ingin setengah-setengah dalam menjalankan bisnis, lulusan SMA Negeri 5 Surabaya tersebut akhirnya memutuskan berhenti dari bangku kuliah pada tahun kedua. “Saya OD alias out duluan. Tapi, saya tidak menyesal meninggalkan bangku kuliah untuk membangun usaha,” tegas Hendy yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Teknik Informatika ITS tersebut.

Keputusan dia untuk meninggalkan bangku kuliah guna menekuni bisnis kebab tersebut sempat ditentang orang tuanya. Mereka ingin Hendy menjadi orang kantoran seperti ayahnya. Karena itu, ketika dia meminta bantuan modal, orang tuanya menganggap bisnis yang akan dilakoni tersebut adalah proyek iseng. “Mereka pikir saya tidak serius pada bisnis itu. Dalam hati, saya ingin membuktikan kepada bapak dan ibu bahwa kelak saya pasti berhasil,” jelasnya.

Yang luar biasa, kesuksesan bisnis Hendy tak perlu waktu lama. Hanya dalam 3-4 tahun, dia berhasil mengembangkan sayap di mana-mana. Bahkan, hingga pengujung 2006, pengusaha muda tersebut mencatat telah memiliki 100 outlet Kebab Turki Baba Rafi yang tersebar di 16 kota di Indonesia. Tidak hanya di Jawa, tapi juga di Bali, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

Ke depan, Hendy berencana mengembangkan usahanya itu ke luar negeri. Dua negara yang diincar adalah Malaysia dan Thailand. “TV BBC London dan majalah Business Week International pernah meliput usaha saya tersebut. Setelah itu, ada orang yang menawari saya membuka outlet di Trinidad & Tobago serta Kamboja,” jelasnya.

Sukses bisnis kebab waralaba Hendy itu juga menghasilkan berbagai award, baik dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya, ISMBEA (Indonesian Small Medium Business Entrepreneur Award) 2006 yang diberikan menteri koperasi dan UKM. Hendy juga ditahbiskan sebagai ASIA’s Best Entrepreneur Under 25 oleh majalah Business Week International 2006. Untuk meraih award tersebut, dia bersaing dengan 20 kandidat pengusaha lain dari berbagai negara di Asia.

Pria kalem itu juga mendapatkan penghargaan Citra Pengusaha Berprestasi Indonesia Abad Ke-21 yang dianugerahkan Profesi Indonesia. Kemudian, penghargaan Enterprise 50 dari majalah SWA untuk 50 perusahaan yang berkembang dalam setahun terakhir. Serta, di pengujung 2006, majalah Tempo menobatkan Hendy menjadi salah seorang di antara sepuluh tokoh pilihan yang mengubah Indonesia.
Apa yang akan dilakukan Hendy selain mengembangkan usahanya ke mancanegara? Tampaknya, dia ingin seperti raja komputer, Bill Gates. “Saya belajar dari para pengusaha sukses. Salah satunya, Bill Gates. Dia bisa mendirikan kerajaan Microsoft, meski tidak tamat sekolah. Jadi, intinya, untuk menjadi orang sukses, tidak harus memiliki gelar akademis dan indeks prestasi (IP) tinggi,” tegasnya lalu tertawa.


PEMILIK PRIMAGAMA DI SELURUH INDONESIA

Purdi E. Chandra. Pada akhir tahun 1981, saya merasa tidak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Kemudian pada tahun 1982 saya mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.

Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat - hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka cabang di ratusan kota di penjuru tanah air, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia.

Bukan suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan mereka untuk berhenti sekolah atau kuliah. Seorang pengusaha sukses tidak ditentukan gelar sama sekali. Inilah yang dipercaya Purdi ketika baru membangun usahanya.

Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya membuktikan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang penuh cita–cita dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius untuk berbisnis.

Sejak saat itu Purdi mulai menajamkan intuisi bisnisnya. Dia melihat tingginya antusiasme siswa SMA yang ingin masuk perguruan tinggi negeri yang punya nama, seperti UGM. Ini merupakan peluang bisnis yang cukup potensial, bagaimana jika mereka dibantu untuk memecahkan soal-soal ujian masuk perguruan tinggi, pikirnya waktu itu. Purdi lalu mendapatkan ide untuk mendirikan bimbingan belajar yang diberi nama, Primagama.

“Saya mulai usaha sejak tahun 1982. Mungkin karena nggak selesai kuliah itu yang memotivasi saya menjadi pengusaha,” kisah Purdi. Lalu, dengan modal hasil melego motornya seharga 300 ribu rupiah, ia mendirikan Bimbel Primagama dengan menyewa tempat kecil dan disekat menjadi dua. Muridnya hanya 2 orang. Itu pun tetangga. Biaya les cuma 50 ribu untuk dua bulan. Kalau tidak ada les maka uangnya bisa dikembalikan.

Segala upaya dilakukan Purdi untuk membangun usahanya. Dua tahun setelah itu nama Primagama mulai dikenal. Muridnya bertambah banyak dan semakin banyak saja. Setelah sukses, banyak yang meniru nama Primagama. Purdi pun berinovasi untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikannya ini. “Sebenarnya yang bikin Primagama maju itu setelah ada program jaminan diri,” ungkapnya soal rahasia sukses mengembangkan Bimbel Primagama. Dan berkat kerja keras selama ini Primagama masih menjadi market leader di bisnis bimbingan belajar dengan lebih dari 700 outlet di seluruh Indonesia.

referensi
http://iibf-indonesia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=67:articles-3&catid=48:usually-articles&Itemid=106



PENGUSAHA MUDA SNACK RUMPUT LAUT DARI TAHILAND

Meskipun sempat bangkrut setelah sempat menikmati kehidupan mapan, tidak membuatTop Ittipat putus asa. Justru dia terus berjuang untuk merebut kembali masa kejayaannyadi dunia bisnis. Dan dia berhasil bangkit, dari bisnis rumput laut!

 Jalan hidup seseorang bisa begitu berliku adanya namunselalu saja tetap ada ujungnya. Kesuksesan adalah impian semuaorang. Berlikunya jalan akan sampai pada kesuksesan asalkandijalani dengan kesungguhan hati dan kerja keras. Begitulahkisah yang terjadi dalam hidup seorang pemuda dari Thailanddalam menjalani usaha bisnisnya dan menghantarkan produk cemilan rumput lautnya pada dunia.Tak banyak pemuda seberuntung Top Ittipat. Bagaimana tidak?Di usia ke 26, dia sudah menjadi milyuner muda di Thailand.

Padahal sebelumnya, Ittipat kelahiran Thailand ini sesungguhnyahanyalah seorang biasa saja. Pada mulanya tak ada yang begituspesial dari dirinya. Bahkan pemuda ini cenderung cuek dantidak terlalu memikirkan masa depan.Seperti kebanyakan pemuda seumurannya, Top Ittipat pernah alami kecanduan game onlinesaat dia berumur 16 tahun sehingga sampai menelantarkan sekolahnya. Bukan satu hal yang baik tentu saja tapi perkenalan dunia bisnis justru dimulai dari sini. Top Ittipat mendapatkan uangdari menjual item senjata-senjata miliknya digame online.

Dengan bisnisnya ini dia bahkanmeraih penghasilan mencapai 1 juta Baht dan dapat membeli sebuah mobil seharga 600 Baht(sekitar 200 juta rupiah).Para pembeli senjata mainannya adalah sesama pecinta game online dan ada juga yang berasaldari luar negaranya. Namun karena ini bisnis ilegal maka sudah pasti tak akan dapat bertahanlama. Rekening game onlinenya di blokir karena diketahui melakukan transaksi jual beli.
Ditipu Habis-habisan.

 Ternyata Top Ittipat menghadapi serangkaian masalah bersamaan bisnis orangtuanyamengalami kebangkrutan dan disaat yang bersamaan pula karena kemalasannya di sekolahselama ini Top Ittipat tidak berhasil masuk kuliah perguruan tinggi negeri dan harus masuk Universitas Swasta.Dengan sisa uang yang dimilikinya.Top Ittipat beralih usaha ke bisnis DVD Player tapi Top Ittipat ditipu mentah-mentah sebabsemua DVD Playernya ternyata barang palsu dan uangnya tidak dapat kembali. Top Ittipat jugaberusaha mencari pinjaman uang ke bank untuk memulai usaha baru. Namun, pihak bank tak begitu saja menyetujuinya.

Di titik inilah Top Ittipat mulai menyadari kesalahannya karena telah melalaikan sekolah danpelajaran. Di titik yang sama ini jugalah, Top Ittipat mulai bersentuhan dengan kerasnya duniabisnis. Utang yang melilit usaha orangtuanya yang mencapai 40 juta Baht semakin memperburuk keadaan. Terlebih lagi rumah mereka disita pihak Bank.Ditengah himpitan ini Top Ittipat tetap berkeras. Setelah akhirnya dapatkan pinjaman dari bank,segala hal dia coba lakukan, Top Ittipat mencoba berjualan kacang (chesnut) bersama denganpamannya.Diawali dengan mencari cara bagaimana strategi berjualan yang baik supaya bisa laris kepadapara penjual kacang lainnya yang telah sukses sampai lakukan beberapa eksperimen untuk mendapatkan resep terbaik bagi produk kacangnya sehingga memiliki cita rasa yang khas dan unik.

Lalu akhirnya Top Ittipat membuka kedai di mal dan belajar tentang menemukan tempatyang stategis. Sebab okasi menjadi salah satu faktor menentukan dalam keberhasilan penjualansuatu produk.Namun berwiraswasta memanglah tidak mudah. Saat Top Ittipat mulai melakukan ekspansibisnis chesnutnya secara besar-besaran, timbul suatu masalah lain dimana mesin pembuat kacanggoreng yang Top Ittipat pergunakan menimbulkan asap dan mengotori atap Mall sehingga harustutup dan pihak Mal juga membatalkan kontrak kedainya.Dititik ini Top Ittipat hampir putus asa.

Orang tuanya pun memutuskan untuk pergi ke China.Top Ittipat tetap berkeras untuk bertahan di Thailand dan melanjutkan usahanya. Dari bisnis jualkacang, Top Ittipat beralih haluan untuk berbisnis rumput laut goreng. Makanan cemilan yangkekasihnya berikan. Inspirasi memang bisa datang dari mana saja, sekalipun akhir kisah cintanyatak memberikan kenangan yang manis sebab kekasihnya pun akhirnya meninggalkan Top Ittipatdikarenakan dia lebih konsentrasi mengurus bisnis dan usahanya.

Kerja keras Top Ittipat pun memulai usaha kerasnya dengan mencari bahan rumput laut lalu belajarrahasia menggoreng rumput lautnya. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelajaran ini mencapailebih dari 100 ribu Baht. Belum lagi Top Ittipat juga harus mempelajari cara untuk mempertahankan rumput lautnya agar tidak basi jika disimpan untuk beberapa hari lamanya.Dalam tekanan yang begitu hebat Top Ittipat seperti dikutip darivibiznews, berusaha mencaritahu tentang strategi penjualan dan inspirasi pun datang kembali untuk menjual produknya dimini market 7-Eleven.

Lagi-lagi tidak semudah membalik telapak tangan. 7-Eleven ternyatamemiliki standard yang tinggi yang harus dipenuhi supaya produk Top Ittipat bisa masuk pasaran. Berbagai upaya Top Ittipat lakukan tapi semua mengalami kebuntuan.Keputusasaan melanda dirinya. Top Ittipat hampir-hampir memutuskan untuk berangkat keChina tapi sebelum itu terjadi Top Ittipat melakukan usaha terakhirnya demi memenuhi syaratdari pihak 7-Eleven dan upaya penghabisannya kali ini tidak sia-sia. Kesulitan yang ada mulaidari inovasi untuk kemasan produknya sampai Top Ittipat juga diharuskan memiliki pabrik untuk memproduksi dalam jumlah besar.

Dengan susah payah semuanya dapat terpenuhi. Untunglah juga ada kantor kecil milik keluarganya yang masih tersisa, yang akhirnya TopIttipat ubah menjadi sebuah pabrik kecil. Dengan beginiTop Ittipat berhasil memenuhi syarat ketentuan sertaquota yang ditetapkan. 2 tahun kemudian TopIttipat berhasil membayar utang keluarganya dan berhasilmengambil kembali rumah keluarganyaPerjuangan Top Ittipat , segala kegagalan, getir dan pahit serta rasa duka dalam membangunsebuah bisnis kini mengantar Top Ittipat pada sebuah kesuksesan. Sekarang ini di Thailand siapayang tak mengenal akan Tao Kae Noi produk cemilan rumput laut terlaris di Thailand bahkantelah masuk juga ke berbagai Negara tetangga termasuk Indonesia.Dengan penghasilan 800 juta Baht per tahun dan mempekerjakan 2.000 staf maka Top IttipatIttipat yang bernama lengkap Top Aitthipat Kulapongvanich ini telah berhasil mencatatkandirinya sebagaia young billionaire from Thailand.

 “Apapun yang terjadi jangan pernah menyerah, kalau menyerah habislah sudah.” Begitulah kutipan kalimat inspiratif dari Top Ittipat.

Top ittipat membayar kesuksesannya dengan jiwa,raga, danwaktu , kesenangan menjadi gamer, dan berkorban cintaterhadap pacarnya, seperti kata ibu top sesuatu akan datang padamu, namun sesuatu yang lain akan pergi meninggalkanmu, kesuksesan bisnis tidak semudahmembalikkan telapak tangan sabar,syukur,pantang menyerah,terus berjuang dan berdoa adalah top secret (rahasia top)Berikut sinopsis ringkas nya:
Saat usia 16, Dia adalah pencandu game online.
Saat usia 17, Ia putus sekolah untuk menjadi penjaja kacang.
Saat usia 18, Keluarganya bangkrut & meninggalkan hutang 40 juta Baht (sekitar 12 milyarrupiah)
Saat usia 19, Dia menciptakan cemilan rumput laut „Tao Kae Noi‟ yg dijual di 3.000 cabang 7-Eleven di Thailand.

Kini, di usia 26, Ia adalah produsen cemilan rumput laut terlaris di Thailand, berpenghasilan 800 juta Baht (sekitar 235 milyar rupiah) per tahun & mempekerjakan 2.000 staf.Namanya Top Ittipat, dan ini adalah kisah nyata hidupnya yang luar biasa.

“ Apapun yang terjadi jangan pernah menyerah, kalau menyerah habislah sudah.”
Begitulah kutipan kalimat inspiratif dari Top Ittipat dalam sebuah wawancara dengan media.

Perjalanan bisnis Top Ittipat telah diangkat dalam sebuah film dengan judul Top secret-
“TheBillionaire” based on true story top ittipad.

Referensi :
http://chudrizal.blogspot.com/2012/02/top-ittipad-pengusaha-top-dunia-di-usia.html



MASUK JAJARAN ORANG TERKAYA DENGAN STAR-UP


Mencapai sukses di usia muda kini bukan sekedar khayalan. Telah banyak orang-orang muda yang masuk dalam jajaran orang terkaya di dunia dari usaha di bidang teknologi.

Seorang wanita di Australia, di usianya yang baru 39 tahun tak lama lagi akan masuk dalam jajaran orang terkaya di Australia. Ialah Jo Burston, yang membangun bisnis start-up dengan merangkul orang-orang yang pernah diabaikan oleh perusahaan besar.


Jo Burston mendirikan Job Capital, sebuah perusahaan start-up yang melayani jasa pembayaran gaji (payroll), migrasi pekerja, dan manajemen kontrak. Meski awalnya cukup sulit, perusahaan ini lambat-laun berkompetisi dengan industri sejenis di Australia secara agresif. Mulai dari harga yang ditawarkan sekaligus membidik pangsa pasar dan volume yang lebih besar. Jo Burston ingin memberikan pelayanan yang lebih baik dan produk yang lebih inovatif ketimbang kompetitornya.

Dengan strategi bisnis yang berani, Job Capital mencapai sukses di tahun keenamnya dengan meraup pendapatan sebesar AUD 25,4 juta pada tahun 2010-2011. Diprediksi nilai perusahaannya akan meningkat menjadi AUD 40 juta atau Rp 383 miliar pada tahun 2011-2012.

Meskipun hanya memiliki staf sekitar 14 orang, Job Capital berhasil memenangkan sejumlah kontrak besar di sektor imigrasi, bahkan berencana berekspansi ke Selandia Baru dan Asia. Otomatis rencana tersebut bisa mewujudkan target Job Capital menuju pendapatan AUD 100 juta.

Dikutip dari Sydney Morning Herald, sebelum mendirikan bisnisnya, Jo Burston sempat mengalami kesulitan. Ia memutuskan berhenti pada sebuah perusahaan walau mendapatkan penghasilan yang baik. Ia mengakui, pekerjaannya dulu sudah baik namun ada beberapa masalah dengan pihak korporasi yang menurutnya tidak sepaham dengan dirinya.

Setelah mengundurkan diri dari perusahaannya, ia mulai membangun Job Capital. Namun tentu saja, ia tidak langsung meraup kesuksesan. Berbagai masalah dan cobaan datang menerpanya. Salah satunya adalah ketika sang ayah didiagnosa menderita kanker prostat dan kanker tulang setahun setelah ia mendirikan Job Capital.

Dalam kondisi dilema seperti itu, Jo memutuskan untuk menghabiskan waktunya untuk menemani sang ayah yang sakit keras. Keajaiban datang, dimana ia sedang menjalankan bisnis yang sedang diperjuangkan dan memiliki karyawan yang harus dibayarkan gajinya. Sebuah perusahaan menawarkan paket investasi yang menjadi pendanaan awal untuk Job Capital. Pemilik perusahaan yang tidak disebutkan namanya ini menjadi mentor untuk Jo Burston dan akses untuk membayar jasa penggajian melalui kantor investor tersebut.

Kini berkat perjuangannya, Jo Burston masuk dalam jajaran orang muda terkaya di Australia dengan menguasai 100% saham Job Capital. Ia berhasil membangun perusahaannya melalui kinerja yang optimal.

by : http://telkomsolution.com


No comments:

Post a Comment